Kamis, 20 November 2008

Puisiku Lahir


(untuk kakakku Sukalis)

Lahir di pagi hari seperti pagi kemarin,
di kamar tua dan tidak menarik.
Tembok, cat, meja, kursi, bed, dan tanah saksi.
Aku telah lahir.

Kepada bukumu, aku bertanya, ”Sudah berapa kali kau diperkosa?”
Baumu tak sedap dan pucat. Mandilah dengan lulur.
Kau tak memuaskan. Nilaimu d.
Di tetangga sebelah, kudapatkan yang montok dan kenes.
Aku baru lahir.

Kepada kursimu, aku bertanya, ”Kau masih senang dengan bokong hitamku?”
Aaaah..., sedetik saja kuangkat, kau sekarat.
Katamu, ”Jangan kau angkat, lengketkan saja!”
Ngos....ngoosss...
Tanpa daging, tinggal tulang.
Nilaimu c.
Di sudut gardu, kutemukan yang berdaging dan kenyal, perawan dan kencang.
Aku baru lahir.

Kepada tempat tidurmu, aku bertanya, ”Nikmatikah semalaman bersamaku?”
Nafsu besar, kau mengerang dan menjerit,
merintih dan mendesah.
Kreeket...kreeket...kreekeeeet...
Berhentilah bergoyang dan berhentilah berkreket.
Tak enak. Keras.
Punggungku sakit. Mimpiku jelek.
Tiada kepuasan bersamamu.
Nilaimu harus a.
Aku baru lahir

6 April pagi, seperti pagi kemarin,
seperti bayi yang baru lahir dari rahim ibu. Merah darah. Amis.
Oeeekk...ooooeekk...
Aku telah lahir. Namaku Sukalis.

Di pagi hari seperti pagi kemarin.
Aku telah lahir.


6 April 2002 (Cinta itu ada-Ku; Ia Sang Pengada)

Tidak ada komentar: