Rabu, 12 November 2008

Milikilah Dirimu


(untuk sahabatku, Ane yang mencari jati diri)

Senandung kedamaian kulagukan dalam keheningan alam yang menyelimuti kesendiranku.
Aku bersama diriku. Aku memiliki aku.

Dalam angin yang berlalu dariku, kudengar salam perpisahanmu.
Aku harus pergi walau istana itu telah kubangun sejak lalu.
Harapan harus selalu tumbuh dan harapan itu masa depan.
Aku yakin suatu saat nanti kau akan mengerti ini. Asaku, kita mesti bertemu kembali.

Sahabat, keinginanmu bukan milikku.
Keinginanku bukan milikmu.
Sepenuhnya engkau adalah milikmu.
Yang kumengerti dunia ini tempat kita. Ia tak akan pernah lari.
Sahabat, sejak roh-Nya ada padamu engkau telah memulai dan merangkai kasihmu.
Tidakkah engkau mengenal kisahmu ini? Kini harus sadar, kisah itu milik kita.

Setialah, ya setialah. Aku melihat jalanmu berliku. Luruskanlah!
Tidakkah engkau akan membangun istana baru lagi?
Peganglah keyakinanmu dan berjuanglah! Hidupmu harus disusun di atas harapan dan keyakinan. Kencangkanlah perjuangan tanpa kenal lelah dan minumlah selalu air iman yang tiada pernah kering.
Dan, cintailah dirimu dan diri-Nya. Aku melihat, engkau terpuaskan oleh harapanmu dan harapan-Nya. Percayalah dirimu milikmu, bukan karena aku, tetapi karena Dia dan kamu.

Aku melihat nama kejayaan di setiap bidang dan ruang.
Dan, kini semuanya tergantung padamu.


Juli 2001 (Cinta itu ada-Ku; Ia Sang Pengada)

Tidak ada komentar: