Selasa, 01 Desember 2009

Mereka Tak Lagi Baru


Ingatanku sedang melayang pada pengalamanku. Rasanya, baru kemarin aku menginjakkan kaki di Tanah Kayong ini. Ternyata, bulan ini sudah memasuki bulan keenam. Itu sama dengan setengah tahun aku meninggalkan Tanah Jawa.

Kemudian, aku ingat wajah anak-anak didikku yang enam bulan lalu tampak culun dan polos. Saat itu, mereka masih memakai seragam Masa Orientasi Siswa Baru. Harus nurut disuruh kakak kelasnya. Harus bekerja ketika diminta membuat pekerjaan rumah. Harus...harus...ini dan itu!

Namun kini, semuanya telah berubah. Tak ada lagi sebuah perbedaan. Papan nama dari karton yang dulu disandang di dada mereka, telah lama hilang! Rambut mereka pun jauh lebih bergaya! Tak ada lagi kesan culun dan polos! Tak ada lagi segi pembatas antara kakak tingkat dan adik tingkat! Segalanya telah berubah. Mereka tak lagi tampak sebagai anak baru!

Tak ada yang abadi! Bahkan status sebagai siswa baru pun telah lama ditanggalkan! Kini, ketika ada kegiatan sekolah yang harus diikuti, semuanya terlibat. Tak lagi harus kakak tingkat yang unjuk gigi. Adik tingkat yang memang mampu pun akan terlibat. Bahkan, dalam kepengurusan OSIS pun, anak-anak yang enam bulan lalu masih menjadi "bulan-bulanan" kakak-kakaknya, kini telah turut ambil bagian!

Satu langkah seseorang akan mengawali seribu langkah seseorang. Satu detik di pagi hari akan membuka jutaan detik hari demi harinya. Satu hembusan nafas akan mengantar kehidupan dari satu helaan ke helaan berikutnya.

Anak-anak itu (lantas, apakah mereka masih pantas disebut anak-anak lagi sekarang?) telah menapaki masa baru dengan seragam putih abu-abunya. Setengah tahun, setahun, dua tahun, tiga tahun lagi mereka akan menjadi siswa senior di sekolah ini. Tak mencapai genap satu tahun, mereka harus menyiapkan diri untuk lulus dari sekolah ini. Akhirnya, seragam putih abu-abu itu mereka tanggalkan. Seragam itu itu tinggal kenangan. Sekolah ini hanyalah bagian dari masa ketika mereka menjajaki dunia baru. Sekolah ini hanya setitik dasar dari bekal hidup mereka selanjutnya.

Memang, tak ada yang abadi! Mereka itu, yang sering mereka sebut sebagai anak-anak remaja itu, tak lagi baru! Mereka telah menjadi bagian dari komunitas putih abu-abu. Apa pun yang terjadi, itu adalah satu langkah dari sekian langkah mereka untuk menjajaki dunia!

Jika saat istirahat tiba dan aku sesekali berdiri di ujung halaman sembali menatap riuhnya mereka di lorong sekolah dan sudut taman sekolah, aku hanya bisa menarik nafas! Segalanya berubah! Tak ada yang tetap!