Selasa, 31 Maret 2009

Surat Tak Sampai

Tahun 2003, saat aku masih kuliah, ada program KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang harus kuikuti. Dalam KKN itu, aku bergabung dengan kawan-kawan dari berbagai jurusan. Jadilah satu kelompok dengan kawan baru. Yang lebih beruntung jika dalam kelompok itu, ada kawan yang memang sudah dikenal, meski berbeda jurusan. Namun bagiku tidak demikian. Aku sendirian dari jurusanku. Namun, begitu bisa gabung, aku pun dapat menemukan berbagai pengalaman yang memperkaya aku. Berbagai kegiatan dapat kulakukan dan kuselesaikan dengan kawan-kawan baru ini.

Di saat perjumpaan terakhir dan pembubaran kelompok, aku dan kawan-kawan sempat makan bersama-sama di sebuah rumah makan. Saat itulah, kuberikan ungkapan-ungkapanku kepada kawan-kawanku dalam bentuk tulisan. Sayang sekali, seorang kawan berhalangan hadir, sehingga dia tak sempat menerima coretan tanganku. Namanya biasa dipanggil Ani.

Sayangnya, aku tak pernah tahu kemana dirinya melanjutkan kariernya, setelah kami sama-sama lulus tahun 2004. Jika dia menemukan tulisanku ini, semoga dia bisa mengerti apa yang hendak kusampaikan. Jika tidak, tulisan yang telah kupindah dalam blog ini, semoga tidak hilang.


Buat Ani

Salam hangat penuh persahabatan,
Rasanya tidak mungkin aku mengungkapkan kesanku kepadamu hanya dalam jangka waktu yang sedikit dan terbatas. Maka aku sempatkan untuk memberikan ungkapan kesan dan terima kasihku kepadamu melalui tulisan ini. Sebelumnya, aku minta maaf jika nanti ada kesan pribadiku yang ternyata tidak berkenan di hati.

Waa..., ini dia temanku yang paling seger penuh tawa! Gimana, masih sanggup untuk tertawa panjang lagi sampe ujung barat dan timur mendengar, Dik? Ha...ha...ha...! Masih kuat ngisi TTS? Atau masih mau main kartu? Yah, mudah-mudahan semuanya masih menjadi hobi yang mengasyikkan di samping tugas-tugas lain, ya?

Ada beberapa hal yang dapat kutimba selama aku bergaul dengan dirimu selama KKN. Barangkali bagi kamu tidak, namun bagiku, ya! Aku pikir, pada waktu pertemuan pertama di kampus, kamu orangnya tidak banyak ketawa. Eh, tak tahunya? Ngakakmu itu nggak ada yang menandingi. Bahkan Bu Muji aja sempat terheran-heran. Kamu tahu tidak, apa kata teman-teman jika kamu sudah mulai bicara? ”Waa..., Gunung Merapi nih, mulai mengeluarkan semburannya!” Gitu mereka bilang! Ha...ha...ha...! Sorry, nggak nyinggung, kan?

Itulah keistimewaanmu yang dapat kutangkap selama kita kenal sebagai teman baru di Dusun Surodadi. Kupikir, ini anak kok enak banget segala sesuatu dianggap santai, ringan, tanpa beban. Ketawa-ketiwi tanpa henti! Namun, setelah sekain lama aku mengenal sisi itu, aku jadi tersadarkan bahwa aku memang mesti menerima pribadi lain yang hadir di sekelilingku dengan apa adanya. Itulah pribadimu yang kutangkap tampak santai, ringan, penuh tawa, dan enjoy saat bergaul dengan orang lain. Sikap dan sifatmu itu telah menunjukkan kepadaku bahwa ada kalanya segala sesuatu yang dihadapi itu harus dirasakan dengan ringan, dengan tawa! Hal ini yang sebenarnya berat, namun dapat saja dibawa dengan ringan, sehingga justru cepat selesai. Itulah yang kutangkap dari pribadimu. Santai! Penuh tawa!

Memang, aku juga menyadari bahwa selama kita bergaul, tidak banyak hal yang sering kita bicarakan secara mendalam. Tidak mengapa! Itu semua juga kamu sadari bahwa tidak setiap orang dapat cocok untuk berakrab-akrab ria. Bahkan aku pernah mengungkapkan suatu ganjalan kepadamu pada waktu kita melakukan evaluasi dan berbagi pengalaman. Kamu dapat menerima dan menyadari itu dengan baik! Benar-benar aku menghargai sifatmu itu. Mungkin, latar belakang kehidupanmu yang berbeda dengan latar belakang kehidupanku atau teman lain, sedikit mengganjal pada saat harus hidup bersama. Mungkin, bagi dirimu tidak memengaruhi, namun bagiku atau teman lain memengaruhi. Nah, dalam situasi seperti ini, jika ada teman yang menegurmu, kamu mampu untuk menerimanya. Kamu tetap enjoy, tanpa tersinggung, dan kamu berusaha untuk memahami serta memperbaiki.

Barangkali kamu menilai bahwa hidup seseorang memang harus dijalani dengan keriangan. Ya, kalau memang itu yang kamu perjuangkan atau yang menjadi salah satu prinsip, itu pun aku hargai. Yang pasti, selama menjalin pertemanan dengan dirimu, aku belajar banyak hal. Belajar akan pentingnya sebuah relaksasi; belajar akan baiknya membawa sesuatu ke dalam keceriaan, dan pentingya menjalin hubungan yang baik dengan orang yang sekiranya akan membantu dalam meniti masa depan.

Ani, terima kasih ya, atas kehadiranmu dalam kelompok kita. Aku menyadari sekarang bahwa pribadi sepertimu juga memberikan andil pada diriku. Aku semakin tahu bahwa tidak selamanya orang yang sedang memiliki tanggung jawab dan tugas harus diselesaikan dengan muka masam atau cemberut. Orang dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas dengan ringan dan muka cerah. Bukankah ini lebih menguntungkan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain?

Mudah-mudahan apa yang kusampaikan ini tidak membikin kamu bingung! Inilah yang dapat kusampaikan, setelah nanti kita tidak bertemu lagi. Dari tujuh teman, kamulah yang paling jauh tempat tinggalnya. Kalau kamu sudah selesai dari Yogya, kembali ke Kalimantan, apakah mungkin dapat bersua kembali? Ya, akhirnya hanya doa yang dapat kusampaikan. Sukses ya, kamu menjalani hidup dan meraih masa depan! Baik-baiklah untuk berusaha! Akhirnya, selamat meniti karier yang cerah!

O, ya yang pasti tak akan pernah aku lupa bahwa ’lip balm-mu’ itu merupakan ingatan bagi diriku! Ha...ha...ha...! Nggak dapat barangnya, malah dapat pengalaman lucu! Aku minta maaf atas segala kesalahan, kekilafan, dan kekurangan yang membuatmu kecewa sebagai teman di Kelompok 57.

Sekali lagi terima kasih atas semua yang telah kamu bagikan kepadaku. Panggilan namaku yang sudah akrab sebagai anggota Kelompok 57, pertahankan dan pakailah itu saat kapan saja jika masih sempat bertemu denganku. Kuanggap ini sebagai kenanngan.


Yogyakarta, Februari 2003
Doa dan dukunganku,


Hanya jejak-jejak inilah yang bisa kusampaikan. Entah, mungkin dia telah menggapai suatu cita yang dulu pernah diidamkannya. Aku tak pernah tahu...

Semarang, 30 Maret 2009

6 komentar:

Ussi mengatakan...

nulis surat buat berapa orang Broer? suratnya panjang2 yak, bagus juga idenya...mungkin kalo surat2an bisalebih berkesan yak persahabatannya..

btw, namamu artinya apaan dah?Argaputra itu apaaaa?

Pambajeng "Broer" Argaputra mengatakan...

Hmm...semua brarti buat surat untuk enam kepala. Hiya...rata2 satu orang 2 lembar surat. Yang lain terkirim semuwa... Yg ini kagak kekirim.

Kyaaa.....! Arga=gunung. Putra=anak. Jadi....anak gunung, cah nggunung, kelairan perbukitan. He...he...!

Dimas Anto mengatakan...

Argo Lawu, Argo Gede, Argo Bromo..., itu nama2 gunung.

Argo Putro..., cah nggunung.

Lha kalau Argo Dwipangga, opo jal?
(Beda ya sama Argo Dwipaha. He he...)

Pambajeng "Broer" Argaputra mengatakan...

Ah, Om ni aya-aya bae!

dek_bagoes mengatakan...

Sepertinya ada yg tersembunyi di situ,..

Pambajeng "Broer" Argaputra mengatakan...

Dek Bagoes> tersembunyi? Gaklah! Sudah dibuka di surat itu. Ha...ha...ha...! Biasa2 saja. Kawan....