Kamis, 26 Maret 2009

Bermain-main!

Asyiknya anak-anak! Bisa bermain sesukanya! Dari pagi sampai sore! Di sekolah, bermain! Di rumah, bermain! Barulah ketika bunda mereka datang dan mengajaknya untuk segera mandi, mereka menghentikan permainan yang seru itu. Bubar! Kemudian pulang ke rumah masing-masing! Asyiknya anak-anak yang bermain!

Ah, itu kan anak-anak yang bermain-main. Namun pernahkah ada permainan yang benar-benar tidak menyenangkan? Ada ya? Ada! Ya, tentu saja ada. Aku ingin bilang padamu bahwa permainan yang tidak menyenangkan ini biasanya yang melakukan adalah kita, orang yang sudah mengaku besar, gede, dewasa! Disadari atau tidak, permainan ini selalu ada, ada, dan ada! Apa yang ingin kusampaikan? Ya permainan yang tidak menyenangkan itu! Apa ya?

Main hati! Wa? Iya! Hati kok diajak main-main! Tapi ada yang mengalami lho! Coba aja simak!

...........
Tak pernah sebelumnya
Tak pernah kuduga

Kuakui ku main hati
Kutak bisa tuk memungkiri
Ku main hati
.........................................

Tahu, kan? Itu syair, aku ambil dari lagunya Andra & The Backbone berjudul “Ku Main hati” Tidak usah menunjuk-nunjuk, main hati itu nyatanya selalu berkait dengan hati, hati, hati, dan hati! Yang penting, diakui sajalah! Gitu.....

Pernahkah kita benar-benar masuk ke dalam permainan “hati” itu? Tidak ada yang bisa mengakui, apakah dirinya pernah bisa benar-benar masuk. Alasannya, sekedar sedikit main-main saja, lebih sering terasa tidak menyenankannya. Apalagi kalau masuk dalam permainan itu? Bisa-bisa hangus kebakar oleh hati itu sendiri! Wa....ha....ha...!

Sayangnya, permainan ini akan selalu ditemui dalam kehidupan. Karena, setiap dari kita masih memiliki hati. Hati inilah yang tak pernah bisa kita ajak untuk mengikuti pikiran kita. Hati memang ingin merasa senang, bahagia, gembira, puas! Karena hati yang tidak merasakan itu semua, lambat laun akan menjadi menciut dan bisa beku sendiri. Hati yang ingin merasa senang, bahagia, gembira, dan puas itu biasanya selalu mencari banyak cara. Salah satunya adalah bermain itu tadi!

Apakah salah untuk sekedar bermain? Tidak ada sih! Bahkan kita yang mengaku sudah besar, dewasa, gede pun tetap ingin melakukan permainan. Masalahnya, karena kita merasa seperti itu, antara permainan dan hati dijadikan satu dan bener-bener disrempet-srempetkan! Alhasil, permainan yang menyentuh hati, bisa membikin dua sisi. Bahagia dan sedih! Gembira dan susah! Puas dan kecewa! Itulah manusia dewasa!

Jika sudah demikian, seperti aku katakan di atas, permainan menjadi tidak menyenangkan. Permainan bisa menjadi licik, diam-diaman, tidak jujur, dan sebagainya! Hati siapa yang ingin merasa dikecewakan? Karena tak ingin kecewa, maka perlu diselubungi kelicikan dan ketidakjujuran! Alhasil, jika semua ini terbongkar, hancurlah semuanya! Permainan yang ingin dipakai sebagai pembuat rasa gembira, senang, bahagia, puas itu malah justru membuat sedih, kecewa, dan bisa saja patah! Iya, patah! Patah hati! Woooo.........!

Tapi, siapakah yang benar-benar mau masuk dalam permainan yang menggunakan ”hati” ini? Tak ada yang mengaku! Namun, namun, namun.........kita selalu saja bersinggungan dengan itu. Diakui atau tidak! Disadari atau tidak! ***


Semaranga, 26 Maret 2009 (di hari Raya Nyepi)

2 komentar:

wencoolz mengatakan...

wah bahasanya susah bang!!!!
artinya apa?

Pambajeng "Broer" Argaputra mengatakan...

he...he...mana sih yg susah? anak bastra musti ngerti dong! ayo dilatih lagi....