Minggu, 29 Maret 2009

Tiba-Tiba Saja Menangis!

Saat aku sedang browsing -cari lagu-lagu yang kusuka- aku temukan lagu Dewa 19 berjudul “Selimut Hati”. Aku pernah mendengar lagu ini. Easy listening sih! Maka, kucari saja video klipnya. Aku masih bisa menyaksikan video klip itu dengan personil Dewa 19 (Tyo, Drummer-nya masih juga ikut) dan beberapa talent seperti Maia, Mulan, DJ Chatty. Spontan saja, sambil melihat itu, aku langsung saja mewek! Wee........kenapa ini?
Ah, ya ingat akan kenyataan sekarang ini. Antara video klip dengan situasi yang ada saat ini. Dalam video klip itu, tampak betapa kemesraan dan perhatian itu tergambar. Sekarang? Semuanya itu telah lenyap. Dhani berseteru dengan Maia. Mulan keluar dari Ratu. Tyo sudah tidak gabung lagi di Dewa 19. Siapa yang akan mengira bahwa kesuksesan dalam mendapatkan aplaus itu juga akan diikuti dengan kesuksesan dalam menjalani biduk rumah tangga? Tak ada yang bisa memperkirakan. Mungkin hanya peramal saja. Namun, ah, kali ini janganlah membicarakan peramal.

Ya, itulah! Suatu perasaan sepertinya bisa saja berubah hanya dalam jangka waktu ketukan jari! Kemarin benci, sekarang sudah cinta. Kemarin cinta, esok sudah musuhan! Apakah hanya sebatas itu sebuah perasaan itu bisa bertahan?

Aku selalu sadar bahwa menjalani hidup dengan sempurna itu tak mudah. Justru, kesempurnaan itu bisa nyata ketika segala hal terjadi. Seseorang bisa sempurna menjalani kehidupan, manakala dirinya berhasil. Namun, jika terus berhasil, itu bukanlah kesempurnaan hidup. Seseorang pun perlu juga merasakan kegagalan. Karena kegagalan adalah bagian dari kehidupan. Tidaklah mungkin, seseorang mengejar keberhasilan terus-menerus. Jika toh ada orang lain menganggap sesama berhasil, itu pun belum tentu benar. Karena yang bersangkutan bisa merasa berbeda dari pandangan orang lain.

Kegagalan dalam mempertahankan hidup rumah tangga adalah kesempurnaan dalam menjalani kehidupan. Namun, apakah setiap orang harus selalu mengalami kegagalan yang sama? Tentu saja tidak! Terkadang, kegagalan orang lain bisa dijadikan cermin agar kegagalan dirinya tidak separah orang lain. Belajar dari pengalaman orang lain!

Semudah itukah? Nyatanya memang tidak mudah! Sedang seseorang yang berhasil menjalani kehidupan dan mendapatkan hal-hal yang penuh, ternyata bisa saja terperosok dalam kegagalan. Ya...paling tidak contoh yang kusampaikan di atas tadi.

Dalam ungkapan ini, aku tidak sedang mengomentari keadaan mereka itu. Aku hanya ingin melihat dan belajar dari kehidupan mereka itu. Tidak lebih dari itu. Meski mereka gagal, mereka pun memiliki keberhasilan. Antara keberhasilan dan kegagalan, sering berjalan seiring. Jika manusia tidak waspada, salah satunya bisa menjadi jalan tenggelamnya jiwa dalam keputusasaan. Apakah keberhasilan juga bisa menenggelamkan jiwa? Tentu saja bisa! Jika kegagalan itu mengantar pada sikap tidak rendah hati. Apakah kegagalan juga bisa menenggelamkan jiwa? Jelas! Karena kalau tidak segera bangkit, dirinya akan selalu terpuruk dan putus asa!

Tiba-tiba aku menangis! Namun, tangisan ini adalah tangisan bela rasa! Berbela dan berasa atas apa yang hendak kulihat dalam diriku sendiri!***


September 2008

2 komentar:

wencoolz mengatakan...

hidup ini emang dinamis bang, kadang di bawah kadang di atas....

tinggal pinter2nya kita bersukur aja.

Pambajeng "Broer" Argaputra mengatakan...

tulll....sodaraku...