Selasa, 31 Maret 2009

Kangen!

"Aku jadi kangen waktu kulihat foto-foto itu. Nggak tahu, kapan aku ketemu kamu dan bagamana kalau ketemu? Aku masih lama di Flp, karena masih harus lanjut S2. Harapanku sih, kau datang ke Flp. Aku capek banget! Nggak tahu, mau gimana menorehkan perasaanku. Dulu aku bisa berlembar-lembar nulis ke kamu. Sekarang? Aku jarang nulis! Yang jelas, aku kangen ketemu kamu. Pengin ditemani nangis di depan pohon kita dulu. Meski aku yakin, situasi itu berubah. Ada hal yang aku rasa perlahan beranjak dari aku. Kenapa, ya? Aku masih bersikap manja dan sentimentil? Aku kangen kamu. Kangen hari-hari kita dulu. Nih lihat, air mataku jadi keluar, deh. Udah ya, nanti aku bisa nangis heboh lagi. Bye...."

Ah, bagaimana bisa seperti itu? Jika pertanyaan ini kulandasi dengan nalar, tentulah bisa dijawab. Karena dia kangen. Titik. Itu saja. Namun, jika dikejar, mengapa masih kangen? Karena dia masih cinta kepadaku. Mengapa masih cinta? Karena aku sangat berkesan di hatinya. Mengapa berkesan? Karena.........

Aduuuuh........, bukan seperti itu kan memahami perasaan orang lain, terlebih seseorang yang pernah merasa dekat di hati? Memahami perasaannya, tidak perlu mencari alasan-alasan mengapa bisa seperti itu. Yang pasti, dia kangen kepadaku. Itu saja. Titik!

Ketika dia menuliskan ungkapan itu kepadaku, jujur saja, aku merasa bingung. Bingung karena yaitu tadi. Masih saja mencari banyak alasan mengapa dia masih kangen kepadaku. Padahal, aku sudah bilang kepadanya berkali-kali, konsentrasilah pada tugas. Jangan menghiraukan aku lagi. Namun....., hik, hik, hik! Memang, dia masih menyimpan perasaan itu, mau bagaimana? Ya....kangen kan?

Hati memang memiliki lemari rahasia yang sulit sekali dibuka. Banyak hal yang bisa tersimpan rapat dan rapi di dalamnya, termasuk perasaan. Perasaan apapun bisa disimpan di dalam hati. Bisa saja malu, kecewa, senang, bahagia, sedih, takut, kangen, dan juga cinta. Ah, tidak harus memaksa seorang tukang kunci untuk membuka lemari rahasia hati orang lain. Karena, jika sudah tiba saatnya, lemari itu akan dibuka dengan sendirinya. Dengan demikian, akan tahu perasaan apa yang tersimpan di dalamnya.

Jika aku tahu dia masih kangen kepadaku, berarti dia memang masih menyimpan perasaannya kepadaku. Perasaan apa? Ya....macam-macam! Yang jelas ya....kangen itu! Ah, tidak perlu diperpanjang. Sudahlah, dia memang kangen kepadaku.

Kemudian, jika dia kangen kepadaku, apa sekarang aku harus melarangnya? Perasaan itu kan miliknya? Bener kan? Dia bebas mengekspresikan segala perasaannya itu. Sementara, apa rugiku jika dia kangen kepadaku? Tidak ada! Justru sebenarnya, aku tersanjung dan bersyukur masih ada seseorang yang bilang kangen kepadaku. Itu artinya, diriku memiliki arti, minimal bagi dirinya.

Aku tidak mengagung-agungkan diri kok! Aku hanya ingin jujur. Apapun yang ditampakkan olehnya kepadaku, adalah nyata-nyata perasaan yang ada di dalam hatinya. Meskipun aku harus mengakui bahwa aku tidak kangen kepadanya, namun aku masih ingin menghargai perasaannya itu kepadaku.

Jika aku menatap puncak bukit di seberang kota S, di sana akan tampak sebatang pohon randu alas yang masih berdiri tegak. Ya..., pohon itu pula menjadi salah satu kenangan bersamanya. Aku hanya bisa menatapnya dari kejauhan, karena jika aku mendekat, pohon itu masih tetap di sana dan aku juga sendirian. Aku tidak lagi bersamanya. Sama seperti dirinya yang sekarang jauh dariku. ***


September 2008

Tidak ada komentar: