Jumat, 20 Maret 2009

Rasa Sakit Itu…

Kamu pernah tersayat sembilu? Nanti dulu! Jangan terburu-buru kamu jawab: sudah! Kamu sudah tahu apa itu sembilu? Bagi yang belum tahu, tidak ada kelirunya bila kuberi tahu. Meski aku tidak bermaksud untuk menggurui. Sembilu itu kulit buluh yang dibuat tajam sebagai pisau yang bisa saja dipakai untuk meretas perut ayam, memotong tali pusat, atau membelah usus ayam. Nah, buluh itu sendiri adalah bambu. Sudah tidak terlalu bingung kan?
Lalu apa hubungan pertanyaanku dengan judul tulisanku ini. Ya....pasti kamu sudah paham. Yang kumaksudkan adalah perumpaan. Kita sering mendengar bahwa kalau kita sakit hati, sakitnya bagaikan tersayat sembilu. Sayangnya, aku belum pernah tersayat sembilu. Kamu sudah pernah? Jika kita belum pernah merasakan tersayat sembilu, bagaimana kita merasakan sakit hati yang teramat sakit itu? Apakah kita mesti mengiris kulit tangan kita dengan sembilu hanya untuk membandingkan rasa sakit hati dengan sakit diiris sembilu? Tidak perlu kan?
Kalau sakit hati, tentu kamu sudah pernah merasakan. Aku pun sudah pernah. Tidak perlulah kuberi contoh. Kamu tentu punya pengalaman sendiri. Tapi baik juga jika kamu mengingat petikan lagu milik Ungu berjudul ”Demi Waktu” berikut ini: Maafkan aku/Menduakan cintamu/Berat rasa hatiku/Tinggalkan dirinya/Dan demi waktu/Yang bergulir di sampingmu/Maafkanlah diriku/Sepenuh hatimu/Seandainya bila/Kubisa memilih.
Sekarang, apa yang kamu rasakan jika kekasihmu meminta maaf di hadapanmu karena kedapatan menduakan cintamu? Apakah dengan cepat kamu melupakan? Apa yang kamu rasakan? Bisakah maafmu bergulir kepada kekasihmu itu, sementara kekasihmu terang-terangan bilang berat meninggalkan rivalmu yang dia sayangi juga? Dan pada akhirnya, jika kekasihmu lebih memilih rivalmu itu, perasaan sakit apalagi yang akan kamu tanggung?
Jangan jawab pertanyaan-pertanyaanku ini jika memang kamu tidak mengalaminya. Cukuplah rasakan betapa sakitnya hatimu. Hatimu! Hati yang telah dengan tulus memberikan cinta, namun kekasihmu telah mengkhianatimu.
Sakit bukan? Sakitnya seperti apa? Apakah seperti diiris sembilu? Ya, tidak tahu! Kamu akan merasakan sakitnya seperti perasaanmu. Aku akan merasakan sakitnya seperti perasaanku. Perasaan sakit itu tidak bisa dibandingkan. Sulit rasanya! Sama halnya aku bertanya padamu yang belum pernah dikhianati kekasih hati. Tak akan bisa menjawab.
Dari pelukan malam, kusampaikan selamat merasakan rasa sakit itu. Semoga waktu demi waktu, sang rasa sakit itu memberikan kenikmatan demi mendapatkan rasa tak sakit yang lebih abadi. ***

Smg, 1 Mei 2007

Tidak ada komentar: