Kamis, 19 Maret 2009

Menempuh Peziarahan Baru, Su...

Selesai sudah aku memuat tulisan-tulisanmu. Semua yang pernah kau bukukan dalam buku itu telah ada di sini. Memang, tidak dapat aku pungkiri bahwa ada tulisan dan ungkapan-ungkapan yang kurasa kurang tepat, sehingga terpaksa harus kusesuaikan.

Su, aku tidak tahu, sekarang ini kau sedang berada di mana dan sibuk dengan pekerjaan apa. Aku hanya mengingat tiga kali perjumpaan terakhir yang sempat aku rekam dalam benakku.

Perjumpaan pertama, ketika kau menginap di tempatku dan hendak berjumpa dengan pimpinan kita. Kita hanya sempat berbincang ringan. Rasanya, aku dan dirimu telah tahu akan situasi kita masing-masing. Aku tak mungkin mendesakmu untuk bercerita. Kau pun tahu bahwa pertemuan dengan pimpinan kita itu adalah titik awal suatu langkah yang hendak kau lalui. Itulah pertemuan terakhir kita dalam kebersamaan ini. Sejak itu, aku tahu bahwa pimpinan kita tak menghendaki dirimu untuk tetap bertahan bersama-sama aku. Kau, Su, akan menempuh peziarahan lagi.

Perjumpaan kedua, ketika kau datang ke tempatku untuk mengambil beberapa berkas penting milikmu. Waktu itu, aku sempat menjamu dirimu dengan makanan ala kadarnya dan minuman dingin air bening semata. Kita sempat bercerita tentang beberapa hal. Kutanyakan kabarmu dan kabar keluargamu. Kau jawab bahwa kau bertahan di Jawa untuk menemani adikmu sambil bekerja di tempat-tempat yang tak kau sebutkan. Kutanya pula keadaan beberapa kawan kita, namun dirimu tak mengetahuinya. Ya sudah! Mungkin memang kita tidak tahu kawan-kawan kita itu.

Begitulah yang bisa kutahu tentang dirimu, Su. Hingga di suatu saat, aku mendengar kabar bahwa kau telah kembali ke tempat asalmu di seberang lautan. Kudengar, kau tinggal di rumah orang tuamu. Beberapa saudaraku pun mengabarkan keberadaanmu itu.

Perjumpaan ketiga, aku sempat datang ke daerahmu. Ada seorang kawan yang mengajakku untuk bersama-sama ke daerahmu. Ajakan yang tak kutolak. Maka, aku pun berangkat. Ketika kawanku itu selesai dengan tugasnya, aku ajak dia untuk menengok rumahmu. Aku belum tahu, seperti apakah rumah dan keadaanmu saat itu. Syukur, kita bisa bertemu, Su! Berjumpa dalam keadaan yang sudah berubah. Rasanya begitu kikuk untuk berbincang-bincang. Apa yang hendak kita perbicangkan? Hanya basa-basi saja yang sempat terlontar. Aku sungguh tak memiliki bahan perbincangan yang banyak, kecuali bertanya tentang keluargamu. Aku hanya bisa mengganti perbincangan itu dengan jepretan-jepretan pada dua keponakanmu, Desta dan David.

Itulah perjumpaan terakhir kita, Su. Setelah itu, kita tak pernah berjumpa lagi. Kau telah menempuh perjalanan dalam peziarahan hidupmu yang baru. Entah, kini jalan mana yang kau lalui, aku tak pernah tahu lagi. Aku hanya ingin mendengar kabarmu yang terbaik. Sayangnya, berjuta kabar burung yang nyasar ke telingaku membawa berita yang selalu saja kurang menyenangkan. Jika kau baca tulisan ini, bisakah kau berkirim kabar akan dirimu yang sesungguhnya?

Semarang, 18 Maret 2009
(berjalan di lautan mega)




Tidak ada komentar: