Rabu, 11 Februari 2009

Tuhan: Kasih dan Cinta

Di sepanjang adaku, Tuhan menyertaiku. Sungai tidak menghanyutkan aku. Api tidak membakar aku. Di mata-Mu, aku berharga dan mulia. Engkau mengasihi aku.
Aku memuji-Mu, Tuhan. Engkau kupandang membentangkan langit seperti tenda. Tenda melebar tanpa tiang dan awan-awan menghiasinya di sepanjang hari. Aku bagai anak kecil bersorak-sorai melihat-Mu menggoyang-goyangkan awan, sehingga berlarian berkejaran. Segaris sinar-Mu memainkan mataku, sehingga silau dan Kau katakan: lihatlah ini hadiah untukmu.
Penciptaku, kupetik bintang yang Kau gantung di halaman luas angkasa. Kurengkuh dan kudekap. Kubawa berlarian dan berlari sampai aku terengah-engah. Seakan-akan Dia mengejarku dan bercanda: kembalikan bintangku. Kau tangkap aku dan Kau peluk serta Kau bisikkan kata-kata-Mu: ini untukmu.
Di sisi Timur kulihat gunung tinggi menjulang. Awan bergerombol di atasnya dan bergerak perlahan yang seakan berjalan-jalan di sore hari menikmati matahari terbenam. Burung-burung beterbangan santai di antara awan dan menyelinap bersembunyi di dalamnya. Angin berhembus sejuk menerpaku dan berbisik menyampaikan salam kepadaku, katanya: ini Kubuat untukmu. Tak satu pun di bawah tenda-Nya yang membentang luas ini untuk-Nya sendiri, tetapi untukku. Memang semua milik-Nya, tetapi aku boleh memilikinya. Karena milik Dia dan dari Dia untukku, kupakai dan kugunakan untuk kegembiraanku demi kemuliaan-Nya. Dia bilang: Aku tiada lelah membuat semua hal yang kau perlukan dan kau butuhkan. Dan Dia berpesan: pakai dan gunakanlah karena dan untuk Aku.


17 Oktober 2002 (Cinta itu ada-Ku; Ia Sang Pengada)

2 komentar:

wencoolz mengatakan...

bagus banged bang, saya suka puisi yang ini.
btw silahkan liad tragedy labtob usy di blog saya, moga menginspirasi

Pambajeng "Broer" Argaputra mengatakan...

udah, udah! iya jadi terinspirasi!