Kamis, 05 Februari 2009

Nyanyian Dalam Keheningan

Adakah yang membedakan antara dunia yang satu itu di kala aku menyepi dengan aku yang melakukan aktivitas? Jika ada, siapakah aku, sehingga aku membedakannya? Aku tidak membedakannya dalam definisi yang aku buat. Tetapi situasi dan kondisi dunia telah menanamnya. Dan, ia menaburnya. Taburan benih itu berbuah dalam kehidupan. Dan buah kehidupan itu menghasilkan pengalaman. Pengalaman itu hidup dalam kehidupan manusia. Masalahnya adalah apakah buah itu baik dan benar? Ia baik dan benar jika memperkembangkan aku dan sesama ke arah hidup Allah. Jadi baik dan benar itu bukan karena aku sendiri yang membenarkannya, tetapi karena kita merasakan dan menikmati bersama buah yang menyebarkan Roh Allah. Jadi baik dan benar itu karena Tuhan ada di dalamnya. Dan, di manakah aku dapat menemukan buah itu: di keramain, keheningan, atau kesibukan?
Dalam keheningan, aku memandang aku, baik yang lampau maupun yang kini; aku memandang yang lampau dan yang kini untuk menatap masa depan. Dalam keheningan itulah aku dapat menyarikan biji-biji yang aku taburkan selama hidupku. Segalanya menjadi bermakna. Aku menemukan kebaikan Allah dan Allah sendiri. Di sanalah nyanyian dikumandangkan oleh setiap insan karena di sanalah suara Tuhan terdengar.


7 Agustus 2002 (Cinta itu ada-Ku; Ia Sang Pengada)

Tidak ada komentar: