Senin, 01 Desember 2008

Sejarahmu Tak Terperingati

Mengingatmu sampai waktu kutulis puisi
menyibak lalu yang bertumpuk-tumpuk kisah
antara derai tawa dan air mata, kepedihan dan keriangan, gelap dan samar-samar
menusuk rasa menyelinap pori-pori, mengalir ke pembuluh-pembuluh darah
lalu dan sekarang anak kembar beriringan di trotoar ke trotoar.

Menyingkapmu kubayang semesra membuka baju dan celana,
mengurut dada, kaki sampai kepala
mesti menelusuri rimba, memungut debu di antara batu dan kerikil
menengadah tinggi-tinggi ke awan dan bintang-bintang
dipeluk-peluk melekat rekat satu
denyut nadimu dan nadiku seirama menari balet serasi
sejarahmu teman-teman tak terperingati oleh siapa-siapa
oleh hari yang berganti hari
oleh debu tersapu hujan semalaman
untunglah: masih ada aku teman.

Walau aku seonggok sampah membusuk
teriakku menyengat di seputar duniaku
meraja di angin berlari
sejarahmu kuajarkan pada mereka: damaimu dan damaiku adalah damai kita.
Hanya aku seonggok sampah yang disingkiri.


3 Juli 2002 (Cinta itu ada-Ku; Ia Sang Pengada)

Tidak ada komentar: