Selasa, 19 April 2011

Peri Kecil, Izinkan Aku...

Entahlah! Aku begitu menyukai wajahnya. Wajahnya yang bulat seakan memberikan kesan wajah anak-anak yang tanpa salah. Terlebih, aku suka pada kedua pipinya yang meranum, menyerupai buah apel segar kemerahan.

Jika aku menjadi Kevin, akan kugambar wajah bulat kemerahan itu di sampul bukuku atau di buku gambarku. Jika aku menjadi Hilda, akan kutorehkan puisi-puisi kekagumanku di lembaran-lembaran buku harianku. Jika aku menjadi Pania, akan kudendangkan lagu-lagu bernuansa cinta setiap saat. Jika aku menjadi Pak Amir, akan kuciptakan melodi indah yang menyentuh kalbu.

Namun...
Aku bukan mereka yang bisa menggambar, berpuisi, bernyanyi, atau bermelodi.
Aku hanyalah aku yang bisa menyukai wajah bulat dengan kedua pipi kemerahan itu.

Maka, aku menorehkan rasa-rasaku itu di halaman ini dengan segala ungkapan yang terbatas. Kurangkai kata demi kata dengan desakan rasa yang serba terbatas.

Ah, seandainya aku bisa...
Akan kugambar dia layaknya Peri Kecil yang terbang dengan sayap mungilnya
Akan kupuisikan dia layaknya Peri Kecil yang tersenyum ramah pada hewan-hewan di hutan kecil
Akan kunyanyikan dia sebuah lagu di antara rerimbunan pohon bunga melati
Akan kurangkai nada-nada menyentuh hati layaknya Daud merangkai Mazmur

Sayang...
Aku hanyalah aku
Yang hanya bisa memanggil "Peri Kecil" tanpa suara
Yang hanya bisa berbisik tanpa suara

"Peri Kecil, izinkan aku menyentuh kedua pipi ranummu itu sebelum ajal menjemputku..."